yang banyak dilihat

Selasa, 21 Desember 2010

penyalahgunaan bahan kimia

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1            LATAR BELAKANG
Pemahaman masyarakat pada penggunaan bahan-bahan kimia didalam kehidupan masih kurang. Beragamnya bahan-bahan kimia pada dewasa ini tentu menguntungkan bagi kita, tetapi apakah kita memikirkan kerugiannya bagi kesehatan kita. Dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia yang seharusnya tidak lazim digunakan pada makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Penyalahgunaan bahan makanan seperti pada penggunaan bahan pengawet yaitu boraks dan formalin.
Badan Pengawas Obat dan Makanan tengah gencar menindak penyalahgunaan boraks dan formalin sebagai pengawet makanan. Padahal selain boraks dan formalin, masih banyak bahan kimia berbahaya lain yang digunakan produsen makanan, seperti zat pewarna merah Rhodamin B dan Metanil Yellow (pewarna kuning).
Beberapa kasus yang pernah ditemukan adalah penggunaan asam salsilat pada produksi buah dan sayur. Asam salsilat bukan pestisida melainkan sejenis antiseptik yang salah satu fungsinya untuk memperpanjang daya keawetan. Biasanya sayuran yang disemprot asam salsilat berpenampilan sangat mulus, tak ada lubang bekas hama.
                                    Penyalahgunaan zat terlarang adalah Rhodamine B yang biasanya digunakan untuk kerang agar terlihat tidak pucat ketika dikupas. Sedangkan borax kerap digunakan untuk mengawetkan bakso dan kerupuk. Kerupuk, misalnya, selain mengandung pewarna tekstil, makanan ini juga mengandung borax untuk membuatnya menjadi renyah (Sjarif,2006). Selain mengandung formalin, pewarna tekstil,dan boraks,makanantersebut juga ada yang mengandung kuman yang menyebabkanpenyakit (patogen), seperti salmonella (Deny, 2005). Konsumsi terhada makanan yang tidak aman tersebut kendatipun berjumlah kecil dalam jangka panjang akan membawa akibat pada kesehatan, di antaranya dapat memunculkan kasus kanker (Winneke, 2007). Lebih lanjut, asupan formalin dalam tubuh yang berlangsung menahun dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan, gangguan pada ginjal dan hati, sistem reproduksi dan kanker sedangkan bentuk gangguan yang ringan adalah rasa terbakar pada tenggorokan dan sakit kepala (Kompas, 2005).
                                    Mengkonsumsi pangan yang aman dan berkualitas adalah hak setiap konsumen. Isu peredaran produk-produk makanan yang tidak aman di pasar menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman yang memadai mengenai food safety knowledge and practice sangat diperlukan sehingga kemungkinan untuk membeli ataupun mengkonsumsi pangan berbahaya dapat dihindari. Dengan mengkonsumsi makanan yang terjaga keamanannya maka resiko suatu keluarga untuk terkena berbagai penyakit di picu dari produk makanan terkontaminasi bahan kimia dapat diantisipasi.

1.2       RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari pemikiran bahwa meluasnya peredaran makanan yang tidak aman untuk dikonsumsi telah menempatkan masyarakat sebagai konsumen berada dalam kelompok yang beresiko tinggi terhadap serangan beragam penyakit yang mungkin muncul di kemudian hari. Oleh sebab itu, konsumen dituntut untuk mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup mengenai keamanan pangan sehingga ketika melakukan aktifitas belanja bahan pangan dapat lebih berhati-hati. Atas alasan tersebut, penelusuran mengenai food safety knowledge and & practice pada unit-unit rumah tangga di dalammasyarakat sangat diperlukan dalam upaya mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan konsumen mengenai bahan pangan yang aman dikonsumsi. Sejalandengan pemikiran diatas, penelitian ini merumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut :
(1)      Apakah dampak negatif  bagi tubuh kita dengan adanya penyalahgunaan  bahan kimia yang berbahaya  pada makanan?
(2)      Bagaimanakah respon masyarakat terhadap penyalahgunaan bahan kimia pada  makanan?
(3)      Apakah yang melatarbelakangi  seseorang untuk menambahkan zat berbahaya pada makanan?
1.3       TUJUAN  PENGKAJIAN
Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka secara khusus   pengkajian ini bertujuan untuk :
(1)   Untuk mengetahui dampak negatif bagi tubuh kita dengan adanya penyalahgunaan bahan kimia yang berbahaya pada makanan.
(2)   Untuk mengetahui respon masyrakat terhadap penyalahgunaan bahan kimia pada makanan.
(3)   Untuk mengetahui yang melatarbelakangi seseorang untuk menambahkan zat berbahaya pada makanan.
1.4     LINGKUP KAJIAN
       Formalin
(1)    Boraks
(2)    Rhodamin-B
(3)    Asam Salisilat
(4)    Penyalahgunaan bahan-bahan kimia tersebut pada makanan
1.5       METODA PENELITIAN 
Pada pembuatan makalah ini, metoda yang digunakan adalah metoda deskriptif analisis, yaitu metoda penelitian yang melakukan penuturan, analisis dan mengklasifikasikan data dan informasi yang diperoleh dengan berbagai teknik seperti survey, wawancara, observasi, angket, kuesioner, studi kasus, dan lain-lain (Surakhmad, 1980). Dalam hal ini, analisis deskriptif analisis akan lebih difokuskan kepada analsis kondisi eksisting, yang meliputi analisis proses dan fenomena pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan suburban, serta analisis proses dan mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan.










BAB II
LANDASAN TEORI

Bahan tambahan makanan adalah bahan dan campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental.
Kemudian masalah penggunaan bahan tambahan makanan yang beracun dan melebihi batas akan membahayakan kesehatan masyarakat, dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi mendatang. Contonya sudah banyak tersebar di masyarakat dalam penggunaan formalin, boraks, rhodamin b dan asam salisilat.
Kita perlu mengetahui tentang kandungan-kandungan yang terdapat dalam bahan-bahan kimia, seperti berikut:
(1)   Pengertian Formalin, Boraks, Rhodamin B dan Asam Salisilat
(2)   Karakteristik dari bahan-bahan kimia tersebut
(3)   Dampak negatif bahan-bahan kimia tersebut
(4)   Manfaat dari bahan-bahan kimia tersebut
(5)   Sanksi Hukum dan Undang-undang Perlindungan Konsumen
Dengan mengetahui isi dari kandungan-kandungan makanan yang kita konsumsi, kita bisa lebih berhati-hati dalam memilih makanan.

BAB III
PEMBAHASAN
                 Pada makalah ini akan dibahas tentang zat-zat kimia yang berbahaya. Contoh zat kimia yang berbahaya apabila terdapat didalam makanan, yaitu :
3.1  Formalin
         Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di
dalam
Formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain formalin :
a)      Formol – Metylene aldehyde – Paraforin
b)      Morbicid – Oxomethane - Polyoxymethylene glycols
c)      Methanal – Formoform – Superlysoform
d)     Formic aldehyde – Formalith – Tetreoxymethylene
e)      Methyl oxide – Karsan – Trioxane
f)       Oxymethylene – Methylene glycol
Formaldehida mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis serta bersifat sebagai zat pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya yaitU -21°C. secara alami formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pembakaran makanan yang bercampur fenol, keton dan resin.
3.1.1 Penggunaan formalin
(1)      Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal,  gudang dan pakaian.
(2)     Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
(3)     Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.
(4)     Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeraas lapisan gelatin dan kertas.
(5)          Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
(6)          Bahan pembuatan produk parfum
(7)          Bahan pengawet produk kosmetika  dan pengeras kuku.
(8)          Pencegah korosi untuk sumur munyak.
(9)          Bahan untuk insulasi busa.
(10)       Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo, lilin dan karpet.
Adapun dampak negatif dari penggunaan formalin :
a)        Bahaya jangka pendek
(1)     Bila terhirup
a)         Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
b)        Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru.
c)         Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah.
d)                                                         Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
(2)     Bila  terkena kulit
        Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.
(3)     Bila terkena mata
a)         Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata.
b)        Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
(4)     Bila tertelan
a)         Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma.
b)        Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
b)    Bahaya jangka panjang (kronis)
(1)                                                      Bila terhirup
Apabila terhirup dalam jangka lama akan menimbulkan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sesitasi pada paru.
a)        Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.
b)        Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan.
c)        Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak
(2)      Bila terkena kulit
         Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengeras kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.     
(3)      Bila terkena mata
         Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata.
(4)      Bila tertelan
         Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.

3.1.2   Tindakan Pencegahan:
(1) Terhirup
a. Untuk mencegah agar tudak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut.
b. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan
(2) Terkena mata
 a. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan.
   b. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna    apabila terjadi keadaan darurat.
(3) Terkena kulit
a. Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok.
b.      Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
(4) Tertelan
Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja. Cuci tangan sebelum makan.
3.1.2   Tindakan pertolongan pertama
(1)     Bila terhirup
     Jika aman memasuki daerah paparan, pindahkan penderita ke tempat  yang aman. Bila perlu, gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan  pernafasan buatan hubungi dokter.
(2)     Bila terkena kulit
Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. Bila perlu, segera hubungi dokter.
(3)     Bila terkena mata
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit. Segera bawa ke dokter.
(4)     Bila tertelan
Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

3.1.4  Cara penyimpanan formalin
:
a.     Jangan disimpan di lingkungan bertemperatur di bawah 15 0C.
b. Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni,      polietilen atau poliester yang dilapisi fiberglass.                          
c. Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60 derajat Celsius.

3. 2   Boraks
      Boraks adalah suatu mineral garam asam bor yang kompleks yang ditemukan di danau payau dan lain deposito evaporite. Struktur dasar dari boraks berisi rantai dari menyambungkan BO2(OH) BO3(OH dan segi tiga) bidang empat yang terikat ke rantai dari bidang delapan air dan sodium. Spesimen mineral yang paling tua dari boraks adalah berkapur/pucat putih dalam kaitan dengan suatu reaksi kimia dari pengeringan. Mereka sudah benar-benar mengubah (sedikitnya di permukaan mereka) bagi mineral tincalconite, Na2 B4O7-5H2O, dengan hilangnya air. Perubahan macam ini dari satu mineral ke yang lain meninggalkan bentuk yang asli dari kristal itu. Minerologists mengacu pada ini sebagai pseudomorph, atau “bentuk yang gadungan”, sebab tincalconite mempunyai bentuk kristal dari predecessing boraks.
Karakteristik boraks berbentuk kristal putih, tidak berbau, sedikit larut dalam air, stabil pada suhu serta tekanan normal. Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, bleng, gendar dan air kl.
Toksisitas boraks yang terkandung dalam makanan tidak secara langsung dirasakan oleh pengkonsumsinya. Tetapi akan diserap oleh tubuh dan terdeposit secara kumulatif didalam organ, misalnya pada hati, ginjal, jaringan lemak, pembuluh darah, otak dll.
Boraks akan menyerang langsung sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala keracunan seperti demam, mual, muntah, diare, kejang, iritasi kulit dan jarinagn lemak, apatis, depresi, anuria, sianosis, hipotensi/tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian. Pada anak-anak dan bayi bila kadar boraks didalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih maka akan terjadi keracunan sangat fatal yang dapat menyebabkan kematian. Pada orang dewasa dapat menimbulkan kematian bila kadarnya mencapai 10-20 gram.
Adapun gejala-gejala keracunan akibat penggunaan boraks yang berlebihan :
(1)      Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi
(2)      Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada sistem saraf pusat berupa hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa atrial fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah pemaparan, akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
(3)      Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti orang mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
(4)      Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan, sianosis, kejang dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi.
3.2     Rhodamin B
Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Rodamin B merupakan zat warn a sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk larutan berwarna merah    terang berpendar (berfluorescensi).
Rodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan kosmetik, misalnya : sirup, lipstik, dll. Paparan Rodamin B dalam waktu yang lama (kronis) dapat menyebabkan gangguan fungsi hati / kanker hati. Rodamin B biasanya terdapat pada lipstik yang berwarna merah mencolok, lipstik yang water proof (tahan air), blush on (pemerah pipi), dll.
 Berikut ini beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan (Syah et al. 2005) :
1. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.
2. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.
3. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya.
4. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.
5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk disimpan.

3.3.1        Tanda dan Gejala Akut bila terpapar Rhodamin B :
(1)     Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
(2)     Jika terkena kulit, dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
(3)     Jika terkena mata, dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema pada kelopak mata.
(4)     Jika terhirup, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
(5)     Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna atau merah muda.
  3.3.2      Tindakan yang bisa dilakukan bila terpapar Rhodamin B
(1)     Bila terkena mata, bilas dengan air mengalir atau larutan garam fisiologis, mata dikedip-kedipkan sampai dipastikan sisa Rhodamin B sudah tidak ada lagi/bersih, bila perlu hubungi dokter.
(2)     Bila tertelan dan terjadi muntah, letakkan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah terjadinya muntahan masuk ke saluran pernafasan.
(3)     Bila korban tidak sadar, miringkan kepala ke samping atau ke satu sisi, bila perlu hubungi dokter.
3.4   Asam Salisilat
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetilsalisilat.
Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin: salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku Indian seperti Cherokee.
Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.
Penyalahgunaan bahan-bahan pada dewasa ini sudah semakin marak. Mudahnya memperoleh bahan-bahan tersebut menjadi salah satu faktor pemicu penyalahgunaan bahan- bahan ini. Contohnya para pedagang makanan SD yang menggunakan rhodamin B sebagai pewarna dalam minuman, hal tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti sakit tenggorokan, gangguan pencernaan, bahkan kanker usus besar jika dikonsumsi secara terus menerus. Contoh lain adalah pada pedagang baso yang menggunakan formalin sebagai pengawet pada baso dan boraks sebagai pemutih baso, tahu pun supaya awet direndam dalam larutan formalin, supaya kenyal, tidak mudah hancur dan awet.
Meskipun pemerintah telah melarang penggunaan bahan-bahan tersebut dan telah menertibkan penyaluran bahan-bahan diatas namun masih saja ada yang berlaku curang, lemahnya pengawasan dari pemerintah memudahkan oknum-oknum untuk menjual secara bebas. Produk yang mengandung bahan-bahan tersebut yang tidak sesuai prosedur CPMB (Cara Pengolahan Makanan yang Baik) dan melebihi batas kadar yang ditetapkan oleh Badan POM telah ditarik dari pasaran untuk melindungi hak konsumen dari penyalahgunaan bahan-bahan makanan.        



BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
(1)        Berdasarkan rumusan masalah diatas, dampak negatif  bagi tubuh kita dengan adanya penyalahgunaan  bahan kimia yang berbahaya  pada makanan adalah kesehatan kita akan terganggu, contohnya gangguan pencernaan pada penggunaan formalin dan boraks. Dan apabila digunakan secara terus-menerus akan berakibat fatal bagi tubuh kita dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan kanker usus serta pengerasan pada hati dan kanker otak. Ciri-ciri dari dampak penggunaan formalin adalah nafsu makan menurun, gangguan sentral saraf pusat (binggung dan bodoh), anemia dan rambut rontok.
(2)        Adapun respon dari masyarakat terhadap penyalahgunaan bahan kimia pada makanan adalah masyarakat berusaha untuk menghindari konsumsi makanan yang menggunakan bahan berbahaya. Karena masyarakat masih belum paham terhadap dampak penggunaan dan ciri-ciri makanan yang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
(3)       Yang melatarbelakangi seseorang untuk menambahkan zat berbahaya pada makanan adalah para produsen atau pedagang bisa menggambil keuntungan karena selain lebih murah bahan kimia tersebut mudah didapatkan. Dan agar lebih menarik konsumen untuk membeli barang dagangannya tanpa memikirkan apa dampak yang akan timbul nantinya.


4.2    Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis akan mengemukakan beberapa saran dengan harapan semoga saran ini dapat memberikan masukan positif bagi kita semua agar  terhindar dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh kita.
Adapun saran yang penulis kemukakan :
(1)        Pandai-pandai memilih makanan disaaat kita membeli jajanan diluar rumah, lihat warnanya, mencolok atau tidak, pewarna alami biasanya warnanya tidak mencolok, lalu apakah rasanya sesuai dengan bahan asalnya, makanan yang diberi pengawet dan pemanis buatan biasanya berasa agak sedikit pahit.
(2)        Usahakan kita tidak membeli makanan yang tidak higienis, jangan jajan sembarangan, lihat apakah pengolahannya bersih atau tidak, jajanan di pinggir jalan biasanya sering membuat kita sakit perut karena terkena debu jalanan dan faktor yang digunakan dalam membuat makanan tersebut.


Daftar Pustaka
Buku
Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia: Edisi IV.Depkes; Jakarta
Internet