UJI IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami jenis –jenis karbohidrat dengan mengidentifikasinya dengam metode identifikasi karbohidrat.
II. TEORI DASAR
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida dan keton polihidroksil atau turunannya selain itu, karbohidrat disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang disebut sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n.
Terdapat tiga golongan utama karbohidrat, yaitu :
i. Monosakarida, atau disebut gula sederhana, terdiri dari satu unit polihidroksi aldehid atau keton.
ii. Oligosakarida, terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen.
iii. Polisakarida, terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara identifikasi karbohidrat secara kualitatif (uji molisch), membuktikan adanya polisakarida dalam suatu bahan, membuktikan adanya gula pereduksi atau gula inversi (uji benedict),membedakan antara monosakarida dan disakarida/ polisakarida (uji barfoed), membuktikan adanya pentosa, membuktikan adanya fruktosa (uji seliwanoff) dan mengidentifikasi hasil hidrolisis pati atau amilum (uji hidrolisis pati).
Berikut ini beberapa metode identifikasi karbohidrat :
a. Uji Molisch
Merupakan uji kualitatif yang umum dalam pengujian adanya karbohidrat atau tidak. Berbagai senyawa yang dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat kemungkinan besar dapat diuji secara efektif oleh uji molisch ini. Bila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfa-naftol, kemudian SO4 pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, pada bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin ungu.
b. Uji Benedict
Biasanya dilakukan untuk membuktikan adanya gula pereduksi, reaksinya adalah reduksi menjadi yang mengendap sebagai O yang berwarna merah bata. Dalam uji benedict, reagen mengandung CuSO4, Natrium sitrat dan natrium karbonat dan didalam aldehid, larutan tersebut tidak mengkatalisis reagen benedict menunjukkan tes positif.
c. Uji Barfoed
Uji ini sama dengan uji benedict, dalam uji benedict, reagen mengandung tembaga (II) asetat dalam larutan asam laktat. Asam tidak cukup kuat untuk menghidrolisis karbohidrat. Tingkat reaksi yang ditunjukkan dengan perubahan warna dan terjadinya pengendapan adalah berbeda untuk gugus karbohidrat yang berbeda. Reaksinya dapat membedakan antara monosakarida dengan disakarida dengan mengontrol kondisi pH dan waktu pemanasan.
d. Uji Seliwanoff
Uji ini berdasarkan reaksi konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksi metifurfrural oleh HCl panas,dan selanjutnya terjadi kondensasi hidroksil
Pereaksi seliwanoff terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa diberi pereaksi seliwanoff dan dipanaskan dlm air mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna menjadi lebih tua.
e. Uji Hidrolisis Pati
Akan memberikan perubahan warna bila bereaksi dengan beberapa polisakarida. Pati meberikan warna biru gelap, dextrin memberikan warna merah, glikogen memberikan warna coklat kemerahan. Selulosa, disakarida dan monosakarida tidak memberikan warna dengan iodine.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
ü Tabung reaksi
ü Pipet tetes
ü Erlenmeyer
ü Beaker glass
ü Penangas air
ü Termometer
ü Batang pengaduk
ü Cawan penguap
ü Kertas lakmus
ü Pelat tetes
ü Kertas saring
ü pH Indikator
Bahan :
ü Larutan iodium 0.05 %
ü Larutan NaOH 2 %
ü Larutan HCl 2 N
ü Pereaksi molisch
ü Pereaksi benedict
ü Pereaksi barfoed
ü Pereaksi seliwanoff
ü Larutan karbohidrat :
1. 0,1 M Sukrosa
2. 0,1 M Glukosa
3. 0,1 M Arabinosa
4. 0,1 M Maltosa
5. 0,1 M Galaktosa
6. 0,1 M Fruktosa
7. 0,1 M Laktosa
8. Larutan pati/ amilum 1 %
IV. PROSEDUR PERCOBAAN DAN DATA PENGAMATAN
NO. | CARA KERJA | PENGAMATAN | ||||||||||||||||||||||||
1. | UJI MOLISCH 3 tetes pereaksi molisch ↓ tambahkan 1 ml lar. Karbohidrat ↓ Kocok pelan ↓ tambahkan 1 ml as,sulfat pekat (melalui dinding tabung) ↓ Bidang warna (rx positif) | Sukrosa : positif Glukosa : positif Selulosa : positif, panas Arabinosa : positif, panas Amilum : positif (pada semua larutan setelah direaksikan dengan as.sulfat pekat ada bidang warna putih kecoklatan diatas dan hitam dibawah) | ||||||||||||||||||||||||
2. | UJI BENEDICT 3 tetes larutan karbohidrat ↓masukkan Tabung reaksi yg berisi reagen benedict ↓ Simpan dlam penangas air mendidih 3 menit ↓ Biarkan dingin Amati perubahan warna dan endapan | Warna reagen benedict biru. Dipanaskan suhu 185°- 200°c selama 3 menit belum ada perubahan, lalu muncul endapan warna merah bata. Yang paling banyak : Maltosa >laktosa > glukosa > galaktosa > arabinosa > amilum > fruktosa > sukrosa | ||||||||||||||||||||||||
4. | UJI SELIWANOFF 3 tetes karbohidrat ↓ 3 pereaksi seliwanoff ↓ Didhkan diatas api kecil 30 detik/ penangas air 1 menit ↓ Lihat perubahannya |
| ||||||||||||||||||||||||
5. | UJI HIDROLISIS PATI 5 ml amilum 1 % + 2,5 ml HCl 2 N ↓ Kocok ↓ Masukkan ke dalam tangas air 3 menit ↓ Uji dengan iodium (2 tetes lar. + 2 tetes iodium dalam plat tetes) ↓ Amati perubahan warna ↓ Lakukan uji iodium 3 menit sampai hasil berwarna kuning pucat ↓ Hidrolisis selama 5 menit ↓ Dinginkan ↓ Ambil 2 ml lar hidrolisis ↓ Netralkan dengan NaOH 2 % ↓ Uji dengan lakmus ↓ Uji dengan pereaksi benedict | Amilum berwarna putih keruh+ HCl bening jadi keruh lalu dipanaskan 3 menit belum ada perubahan, warna larutan jadi lebih bening. Ph awal 1 ditambah NaOH jadi netral Di tes dengan kertas lakmus hasilnya netral. |
V. PEMBAHASAN
1. UJI MOLISCH
Sampel yang digunakan adalah larutan – larutan karbohidrat 0,1 M dan air. Sampel ditambah alfa naftol (molisch : ditambah etil alkohol) dan asam sulfat pekat, maka akan timbul perubahan pada larutan karbohidrat karena terdapat cincin warna ungu atau endapan warna ungu semu hitam. Hal ini terjadi karena asam sulfat dapat menghidrolisa ikatan antara satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya, karbohidrat menjadi monosakarida, lalu menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya.
Penambahan alfa naftol menyebabkan warna ungu kehitaman. Sedangkan pada air tidak menberikan apapun karena air bukan merupakan karbohidrat yang mempunyai ikatan satu terhadap yang lain, jadi warna akhirnya tidak terbentuk warna ungu.
Reaksi yang berlangsung ialah sebagai berikut :
2. UJI BENEDICT
Uji benedict menggunakan sampel berbagai larutan karbohidrat 0,1 M. Sampel ditambahkan larutan benedict dan dipanaskan selama 3 menit lebih. Hasil yang didapat adalah endapan merah pada dasar tabung reaksi. Munculnya endapan merah karena sakarida dengan bentuk gugus aldehid (aldosa), dapat berperan sebagai reduktor yang mereduksi pada O yang merupakan endapan merah bata pada akhir reaksi ini. Kecepatan mereduksinya sebanding dengan besarnya molaritas larutan karbohidrat (sampel). Jadi makin besar molaritas sampel, kecepatan mereduksinya makin cepat, begitu juga sebaliknya, begitu juga dengan endapan yang terbentuk, makin besar molaritas sampelnya makin banyak endapan. Pada uji benedict ini yang paling banyak endapannya adalah maltose, yang paling sedikit adalah sukrosa.
3. UJI BARFOED
Uji barfoed ini merupakan pengujian untuk membedakan monosakarida atau disakarida. Pada preaktikum ini menggunakan tiga sampel, yaitu arabinosa, sukrosa dan galaktosa. Ketiga larutan tersebut diberi larutan barfoed lalu dipanaskan secara bersamaan.seharusnya hasil yang didapat adalah endapan merah bata. Namun karena sampel yang digunakan dari ketiganya bukan monosakarida, jadi ketika dipanaskan tidak ada endapan merah bata. Biasanya larutan yang bila dipanaskan muncul endapan merah bata adalah fruktosa dan glukosa karena larutan tersebut merupakan monosakarida. Larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida. Pereduksi ini disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, yang mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan ion kupri dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk endapan O yang berwarna merah bata. Sedangkan pada sampel tidak terdapat endapan, maka ketiga larutan itu merupakan disakarida.
4. UJI SELIWANOFF
Uji seliwanoff menggunakan berbagai larutan karbohidrat yang direaksikan dengan HCl dan resonsinol. Sebelum ditambahkan resorsinol, larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Hasil yang didapat setelah penambahan resorsinol adalah perubahan warna fruktosa dari bening orange muda menjadi bening orange (warna lebih jelas), fruktosa mengandung gugus keton sehinnga lebih cepat bereaksi, karena gugus keton langsung di dehidrasi menjadi furfural. Pada setiap percobaan perubahan warna sesuai dengan teori dimana fruktosa akanmenghasilkan endapan merah, namun pada praktikum ini tidak terlalu jelas warnanya. Uji seliwanoff ini digunakan untuk menentukan monosakarida aldosa maupun ketosa.
5. UJI HIDROLISIS PATI
Pada uji hidrolisis pati, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang lebih sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat pada perubahan warna setiap tiga menit disertai perbedaan hasil hidrolisis pula. Larutan hasil hidrolisis sebelum dilakukan uji Benedict untuk menentukan hasil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu, karena semula masih dalam suasana asam.
VI. KESIMPULAN
1. Amilum, sukrosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, dan arabinosa masing-masing dalam larutan 0,1 M terbukti positif karbohidrat
2. Amilum adalah polisakarida
3. Pada Maltosa, Galaktosa, Fruktosa, dan Arabinosa terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan merah bata.
4. Pada Sukrosa, dan Maltosa adalah monosakarida. Sedangkan, Galaktosa, Fruktosa, Glukosa dan Arabinosa adalah disakarida
5. Pada zat Uji Arabinosa, terdapat pentosa dari uji Barfoed
6. Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada fruktosa
7. Hasil hidrolisis pati dan amilum adalah amilopektin, amilosa, eritrodekstrin, akrodekstrin, maltosa, dan glukosa
8. hasil hidrolisis sukrosa adalah monosakarida-monosakarida (glukosa dan fruktosa) yang terdeteksi pada uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta
sip deh,,,
BalasHapus